Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebijakan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Itulah terjemah surat al-Asr ayat 1-3
Masa adalah waktu atau era, so waktunya siapa yg dibahas? Waktu milik makhluk ciptaan kholik terutama manusia.
Waktu itu
diibaratkan sebagai dua sisi mata belati yang sama tajamnya. Di satu sisi dia
bisa membuatmu berhasil dalam hidup, namun di sisi lain bisa saja membunuhmu secara
perlahan. Tergantung bagaimana memanfaatkannya.
Begitu juga
diri kita dalam kehidupan ini. Selalu ada dua pilihan dalam menjalaninya.
Memanfaatkannya sebaik mungkin sehingga meraih apa yang kita impikan. Atau
hanya diam saja hingga akhirnya kita mati dimakan waktu tanpa makna.
Dalam
mendidik generasi penerus yang lebih baik, kita harus menyadari betul bahwa
waktu itu bersifat relatife dan terbatas.
Relatife
berarti waktu itu akan terasa cepat atau
lambat tergantung kita memperlakukannya, saat kita melakukan aktivitas dengan
penuh kebahagian cinta dan kasih sayang bersama anak-anak maka waktu akan
terasa sengat singkat dan pendek namun tidak jika sebaliknya.
Waktu itu
terbatas, usia anak-anak kita akan terus bertumbuh dan akan terus berkembang
sesuai usianya dimuai anak dalam pangkuan bisa mulai merangkak, belajar
berdiri, berjalan berlari hingga bisa memilih tetap tinggal bersamamu atau
tidak. Tentu ini adalah waktu yang terbatas jika kita tidak menggunakannya
dengan sebaik mungkin tentu kita akan kehilangan masa-masa terbaik bersama
mereka.
Dari dua sifat waktu ini saja kita sudah mulai menyadari betapa pentingnya waktu untuk sebuah pengabdian kepada anak, bisakan sejanak menyimpan segala urusan pribadimu untuk anak-anak tercinta, bisakah kita sejenak menyimpan telpon genggam untuk fokus bermain bersama anak-anak.
Anak-anak
tidak pernah memilih untuk dilahirkan oleh orang tuanya, tapi orang tua yang
memilih untuk memilikinya jadi jangan pernah berpikir sedikitpun tentang
balasan saat kita menghabiskan waktu dan materi untuk mendidik dan
membesarkannya,
Anak-anak
bukan jaminan masa tua supaya kelak bisa mengurusi orangtuanya saat waktu usia
senja tiba, Kewajiban kita untuk membiayainya dan semua yang kita berikan
kepadanya adalah miliknya bukan menjadi hutangnya untuk berbakti tapi justru
kita berhutang pertanggung jawaban kepadanya.
Waaaaw tentu hebat jika kita bisa memahami
dan melakukannya!!
Tapi
sayangnya bukan ini pemahaman saya tentang waktu.
Jika kita membicarakan waktu yang terlintas di benak kita adalah seperti
penjelasan diatas maka waktu itu adalah jam, kalender, pagi, siang, sore, malam
atau waktu makan, waktu bekerja hanya itu kata-kata yang biasanya muncul.
Lantas benarkah waktu itu adalah detik, menit, dan jam yang kita lalui? Atau
dalam skala besar mencakup hari, bulan, tahun, dan lain sebagainya.
Kata-kata yang muncul dibenak kita hanyalah
ilusi dan hitungan sistematis yang kita ciptakan sendiri untuk mempermudah
kegiatan serta pekerjaan kita sehari-hari. Kita telah mengenal cukup lama
tentang istilah tahun baru, ulang tahun dan lain sebagainya. Sedangkan bukankah
kita juga tau bahwa tahun itu tak bisa diperbaharui dan juga tahun tak pernah
berulang.
Waktu selalu bergerak maju dan tak pernah
menoleh ke belakang. Yang kita dasari sebagai perhitungan pengulangan tahun
bukanlah mencakup waktu. Namun perputaran bumi mengitari matahari.
Waktu sangat dinamis dan relatif sangat sulit
dipahami namun ada di tengah-tengah kita. Manusia sering dibutuhkan oleh hal
yang diyakini sebagai kebenaran, hal-hal yang sudah menjadi keseharian. Saya
tidak bicara mengenai hal hitungan sistematis yang kita gunakan sebagai acuan
waktu adalah sebuah kesalahan. Namun kita juga harus memahami bentuk sejati
dari waktu itu sendiri yang mungkin dapat berguna dikemudian hari.
Jika kita benar-benar ingin menjadi penjelajah waktu, tempat
seperti apa yang akan kita datangi? Adakah daerah yang masih asri belum
terhancurkan oleh jahatnya teknologi? Bisakah hewan-hewan purba yang sudah
punah dapat kita jumpai? Atau bertemu orang penting yang bijak jujur dan agamis
di masa lalu Al Fatih dari Dinasti turki usmani misalnya untuk memberitahu hal
di masa depan sehingga bisa lebih merubah dunia supaya tidak seperti saat ini.
Atau Mu’tasim billah dari Daulah Abasyiah agar manusia saat ini lebih tegar dan
lebih teguh keimananya dalam mempertahankan hak-hak wanita.
Percaya atau tidak, percayalah semua hal tersebut dapat kita
lakukan dengan alat penjelajah waktu yang disebut kenyataan. Ya kenyataan adalah penjelajah waktu yang bersama kita namun
jarang kita sadari. Kita bergerak lurus ke masa depan dengan kenyataan memang
terdengar sepele. namun cobalah berfikir sejenak jika tempat yang kita
ingin tuju adalah tempat indah yang sangat asri dan belum terkontaminasi oleh
polusi, dengan budaya masyarakatnya yang masih kental tanpa ada gerusan
perkembangan zaman, bukankah tempat itu masih bisa ditemukan mengapa tidak kita
jaga saja? Agar anak cucu kita dapat menikmatinya nanti.
Jika kita ingin melihat hewan yang telah punah
kita masih bisa melihatnya di museum bukan? Seharusnya juga kita menjaga
spesies hewan-hewan yang telah langka agar dimasa depan kita masih bisa
melihatnya di masa depan.
Kita adalah pengelana waktu dengan mesin waktu
bernama kenyataan yang bergerak lurus menuju masa depan. Namun mengapa sangat
sedikit dari kita yang memikirkan tempat seperti apa yang akan kita tuju.
Alih-alih berusaha memahaminya kita justru sering kaget sampai pada beberapa
tempat yang tak pernah hinggap di benak kita, mereka yang mengerti bahwa kita
adalah penjelajah waktu akan berusaha memahami tempat yang kita tuju memiliki
perubahan yang lebih baik, baik untuk kehidupan kita sebagai manusia bukan
berjalan secara buta dan kaget saat bertemu suatu kondisi dan situasi yang tidak
sesuai dengan ekspektasi.
Yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan sebaik mungkin
waktu yang kita punya. Mengerti dari mana kita berasal, untuk apa kita sekarang
dan mau kemana kita kemudian. Kalaupun harus ada keharusan dalam pikiran untuk
membagi waktu ke dalam ukuran musim, hari, bulan tahun maka ukuran musim demi
musim, hari demi hari dsb. biarkanlah tiap ukuran merangkum ukurannya yang
lainnya. Jadi kalau harus dibagi-bagi sampailah pada jumlahnya buanglah
kuantitasnya jadikan satu serta biarkan masa kini untuk memeluk masa lalu
dengan baik buruknya kenangan untuk dijadikan pelajaran terbaik di masa depan.
Waktu seperti sungai yang mengalir melintasi
pulau kota dan desa membangkitkan semangat atau meninabobokan manusia. Ia diam
seribu bahasa hingga manusia sering tidak menyadari kehadirannya dan melupakan
nilai-nilai yang telah berlalu.
Waktu itu mengalir meliputi
segala sesuatu bisa jadi sumber semangat namun disisi lain bisa jadi sumber
bias yang membuat terlena. Santai-santai menikmati waktu tiba-tiba sudah
waktunya pergi, sudah saatnya ujian, sudah tua, sudah lemah, dan lain sebagainya.
![]() |
   | Katanya Beda Nyatanya |
![]() |
   | Gigit Apa Yang Bisa Kamu Gigit |
![]() |
   | Program Iqro Plus |
![]() |
   | Menciptakan Anak Bahagia Dan Terdidik |
![]() |
   | Pentingnya Pendidikan Usia Dini |
![]() |
   | Panen Prestasi Pc Igra Plered |
![]() |
   | Penilaian Kinerja Kepala Raudhatul Athfal |
![]() |
   | Prestasi Gemilang Ra Annur Di Fatria |
![]() |
   | Fatria : Festival Anak Taqwa Ra Ceria |
![]() |
   | Back To School : Yuk Sekolah Lagi !!! |