Telepon

WhatsApp

WAKTU

Post : 13 September 2023 WAKTU

Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebijakan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Itulah terjemah surat al-Asr ayat 1-3


Masa adalah waktu atau era, so waktunya siapa yg dibahas? Waktu milik makhluk ciptaan kholik terutama manusia.


Waktu itu diibaratkan sebagai dua sisi mata belati yang sama tajamnya. Di satu sisi dia bisa membuatmu berhasil dalam hidup, namun di sisi lain bisa saja membunuhmu secara perlahan. Tergantung bagaimana memanfaatkannya.

Begitu juga diri kita dalam kehidupan ini. Selalu ada dua pilihan dalam menjalaninya. Memanfaatkannya sebaik mungkin sehingga meraih apa yang kita impikan. Atau hanya diam saja hingga akhirnya kita mati dimakan waktu tanpa makna.

Dalam mendidik generasi penerus yang lebih baik, kita harus menyadari betul bahwa waktu itu bersifat relatife dan terbatas.

Relatife berarti  waktu itu akan terasa cepat atau lambat tergantung kita memperlakukannya, saat kita melakukan aktivitas dengan penuh kebahagian cinta dan kasih sayang bersama anak-anak maka waktu akan terasa sengat singkat dan pendek namun tidak jika sebaliknya.

Waktu itu terbatas, usia anak-anak kita akan terus bertumbuh dan akan terus berkembang sesuai usianya dimuai anak dalam pangkuan bisa mulai merangkak, belajar berdiri, berjalan berlari hingga bisa memilih tetap tinggal bersamamu atau tidak. Tentu ini adalah waktu yang terbatas jika kita tidak menggunakannya dengan sebaik mungkin tentu kita akan kehilangan masa-masa terbaik bersama mereka.

Dari dua sifat waktu ini saja kita sudah mulai menyadari betapa pentingnya waktu untuk sebuah pengabdian kepada anak, bisakan sejanak menyimpan segala urusan pribadimu untuk anak-anak tercinta, bisakah kita sejenak menyimpan telpon genggam untuk fokus bermain bersama anak-anak.

Anak-anak akan tetap ada tapi waktu yang akan hilang itulah yang seharusnya menjadi motivasi untuk terus memberikan pelayanan terbaik untuk buah hati. sadari bersama bahwa sentuhan itu lebih berharga dari pada panggilan, senyuman itu lebih berarti dari pada teriakan dan suara lembut itu lebih permanen merubah keadaan dan kebiasaan daripada bentakan dan cercaan. 

Anak-anak tidak pernah memilih untuk dilahirkan oleh orang tuanya, tapi orang tua yang memilih untuk memilikinya jadi jangan pernah berpikir sedikitpun tentang balasan saat kita menghabiskan waktu dan materi untuk mendidik dan membesarkannya,

Anak-anak bukan jaminan masa tua supaya kelak bisa mengurusi orangtuanya saat waktu usia senja tiba, Kewajiban kita untuk membiayainya dan semua yang kita berikan kepadanya adalah miliknya bukan menjadi hutangnya untuk berbakti tapi justru kita berhutang pertanggung jawaban kepadanya.

Waaaaw tentu hebat jika kita bisa memahami dan melakukannya!!

Tapi sayangnya bukan ini pemahaman saya tentang waktu.

Jika kita membicarakan waktu yang terlintas di benak kita adalah seperti penjelasan diatas maka waktu itu adalah jam, kalender, pagi, siang, sore, malam atau waktu makan, waktu bekerja hanya itu kata-kata yang biasanya muncul. Lantas benarkah waktu itu adalah detik, menit, dan jam yang kita lalui? Atau dalam skala besar mencakup hari, bulan, tahun, dan lain sebagainya.

Kata-kata yang muncul dibenak kita hanyalah ilusi dan hitungan sistematis yang kita ciptakan sendiri untuk mempermudah kegiatan serta pekerjaan kita sehari-hari. Kita telah mengenal cukup lama tentang istilah tahun baru, ulang tahun dan lain sebagainya. Sedangkan bukankah kita juga tau bahwa tahun itu tak bisa diperbaharui dan juga tahun tak pernah berulang.

Waktu selalu bergerak maju dan tak pernah menoleh ke belakang. Yang kita dasari sebagai perhitungan pengulangan tahun bukanlah mencakup waktu. Namun perputaran bumi mengitari matahari.

Waktu sangat dinamis dan relatif sangat sulit dipahami namun ada di tengah-tengah kita. Manusia sering dibutuhkan oleh hal yang diyakini sebagai kebenaran, hal-hal yang sudah menjadi keseharian. Saya tidak bicara mengenai hal hitungan sistematis yang kita gunakan sebagai acuan waktu adalah sebuah kesalahan. Namun kita juga harus memahami bentuk sejati dari waktu itu sendiri yang mungkin dapat berguna dikemudian hari.

Jika kita benar-benar ingin menjadi penjelajah waktu, tempat seperti apa yang akan kita datangi? Adakah daerah yang masih asri belum terhancurkan oleh jahatnya teknologi? Bisakah hewan-hewan purba yang sudah punah dapat kita jumpai? Atau bertemu orang penting yang bijak jujur dan agamis di masa lalu Al Fatih dari Dinasti turki usmani misalnya untuk memberitahu hal di masa depan sehingga bisa lebih merubah dunia supaya tidak seperti saat ini. Atau Mu’tasim billah dari Daulah Abasyiah agar manusia saat ini lebih tegar dan lebih teguh keimananya dalam mempertahankan hak-hak wanita.

Percaya atau tidak, percayalah semua hal tersebut dapat kita lakukan dengan alat penjelajah waktu yang disebut kenyataan. Ya kenyataan adalah penjelajah waktu yang bersama kita namun jarang kita sadari. Kita bergerak lurus ke masa depan dengan kenyataan memang terdengar sepele.  namun cobalah berfikir sejenak jika tempat yang kita ingin tuju adalah tempat indah yang sangat asri dan belum terkontaminasi oleh polusi, dengan budaya masyarakatnya yang masih kental tanpa ada gerusan perkembangan zaman, bukankah tempat itu masih bisa ditemukan mengapa tidak kita jaga saja? Agar anak cucu kita dapat menikmatinya nanti.

Jika kita ingin melihat hewan yang telah punah kita masih bisa melihatnya di museum bukan? Seharusnya juga kita menjaga spesies hewan-hewan yang telah langka agar dimasa depan kita masih bisa melihatnya di masa depan.

Kita adalah pengelana waktu dengan mesin waktu bernama kenyataan yang bergerak lurus menuju masa depan. Namun mengapa sangat sedikit dari kita yang memikirkan tempat seperti apa yang akan kita tuju. Alih-alih berusaha memahaminya kita justru sering kaget sampai pada beberapa tempat yang tak pernah hinggap di benak kita, mereka yang mengerti bahwa kita adalah penjelajah waktu akan berusaha memahami tempat yang kita tuju memiliki perubahan yang lebih baik, baik untuk kehidupan kita sebagai manusia bukan berjalan secara buta dan kaget saat bertemu suatu kondisi dan situasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi.

Yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan sebaik mungkin waktu yang kita punya. Mengerti dari mana kita berasal, untuk apa kita sekarang dan mau kemana kita kemudian. Kalaupun harus ada keharusan dalam pikiran untuk membagi waktu ke dalam ukuran musim, hari, bulan tahun maka ukuran musim demi musim, hari demi hari dsb. biarkanlah tiap ukuran merangkum ukurannya yang lainnya. Jadi kalau harus dibagi-bagi sampailah pada jumlahnya buanglah kuantitasnya jadikan satu serta biarkan masa kini untuk memeluk masa lalu dengan baik buruknya kenangan untuk dijadikan pelajaran terbaik di masa depan.

Waktu seperti sungai yang mengalir melintasi pulau kota dan desa membangkitkan semangat atau meninabobokan manusia. Ia diam seribu bahasa hingga manusia sering tidak menyadari kehadirannya dan melupakan nilai-nilai yang telah berlalu.

Waktu itu mengalir meliputi segala sesuatu bisa jadi sumber semangat namun disisi lain bisa jadi sumber bias yang membuat terlena. Santai-santai menikmati waktu tiba-tiba sudah waktunya pergi, sudah saatnya ujian, sudah tua, sudah lemah, dan lain sebagainya.


Kunjungi media sosial kami :